let's share the light

Why light ?

Some one in the dark. it's all of us.  Couse light we are exist. 
the_universe_nearby.doc
File Size: 768 kb
File Type: doc
Download File

Antara Sex & Satunggal

Picture
Siapa bilang Sex itu Tabu? Sex itu tidaklah tabu, Sexy adalah fitrah manusia, namun jika ada anak usia 5 tahun yang bertanya tentang seks, akan menimbulkan ambiguitas akibat pemahaman perseptif anak 5 tahun, maka, orang tua merahasiakan seks pada anak seusia itu.

Pemahaman tentang seks harus diberikan kepada orang yang sudah layak untuk memahaminya. Begitu pula hal Katunggalan atau Gusti Kawula atau Manunggaling Kawula Gusti atau Wahdatul Wujud, apapun sebutannya hanyalah untuk menggambarkan kedekatan kepahaman, dan bukanlah pemahaman yang diberikan pada orang kebanyakan, yang belum layak, alias masih dalam usia 5 tahun dalam spiritual.

Kawula adalah hamba, Gusti adalah Alus-na hate, (bagusing ati = jowo. Red) bagusnya qolbu manusia, dalam menghamba kepada Allah, Manusia yang menghamba itu disebutnya kawula. Hamba = Kawula. Yang dengan hati yang bisa mencerminkan Allah, maka manunggal kawula dan gusti,

Apabila qolbu itu dekat dengan Allah, yang dalam Al qur’an diibaratkan dekatnya dengan urat leher, maka hati hamba (kawula) menjadi tempat bersemayamnya Allah. Kalau hati dekat dengan Allah, fikiran tenang dan mendengarkan suara hati (Inner Voice), perkataan difikirkan dulu, tindakan diniatkan dijalan Allah, maka benar, Manunggaling Kawula Gusti, sehingga Jumbuh Kawula lan Gusti, dalam ridho-Nya.

Ketidakbenaran Manunggaling Kawula Gusti ataupun Wahdatul Wujud ataupun Satungggal (sunda) terletak pada kurang tepatnya persepsi dalam memahaminya, akhirnya hal ini bisa menimbulkan kesesatan, Jadi hal SATUNGGAL (GULUNG jadi SATU) itu tidaklah salah, namun bisa menyesatkan apabila tidak pas dalam memahaminya.

Manunggaling Kawula Gusti, bukan berarti seperti menjadi Fir’aun mengaku aku menjadi Tuhan, Manunggaling Kawula Gusti bukanlah mengaku-aku Tuhan. Justru sebaliknya menghamba kepada Tuhan, sehingga semua tindakan mencerminkan Sifat dan Asma Tuhan. dimana qolbu, hati, hate atau manah, menjadi cerminan Sifat Tuhan,

Pemahaman Manunggaling Kawula Gusti atau Wahdatul Wujud bukan berarti tidak bekerja, lupa duniawi, bekerja merupakan syarat hidup, dengan bekerja kita merasa membutuhkan Tuhan dalam berkarya, bukan sebaliknya dan apabila ini justru mendatangkan kesalahan persepi dan kesesatan. Dalam tahap2 perjalanan ruhani seseorang ada yang melewati fase ini ada juga yang tidak. Misalnya Mansyur Al Hallaj atau Siti Jenar, dan beberapa sufi akbar lainnya.

Kondisi atau suasana hati (dzauqiyah) ini sejatinya dah hilang kesadaran akan dirinya sendiri, Fana fi Allah, namun hal ini biasanya ga berlangsung lama dan bila telah tersadar kembali sifat kemanusiaannya ia akan merasa langgeng dengan Allah, Baqa bi illah. Contoh kasus dalam Al Qur’an adalah Kisah Nabi Musa pingsan ketika ingin menemui Tuhannya. Rasullah sendiri berkata ‘Ana Ahmadun bi la Mim’. Semua ungkapan dalam suasana dzauq atau ektase itu jika kita arif memahaminya itu adalah breakdown dari ungkapan Rasulullah tersebut.

Penyimpangan terjadi diakibatkan pemahaman yang tidak pada tempatnya-lah yang menyebabkan kerusakan dan fitnah.

Semoga Allah senantiasa membimbing kita dengan rahmat dan karunia Ilmunya, dalam menggapai Syahadat hingga mencapai Rojiun...

Semoga saya salah.... CMIIW (Correct Me If I’m Wrong)

Salam Tajali
Kong De Alwinz