let's share the light

Jalan Kamakrifatan

Picture
SJALAN MENUJU KESEMPURNAAN

WAJIB MA’RIFAT KEPADA ALLAH TA’ALA

Bahwa sesungguhnya ma’rifat kepada Allah Ta’ala hukumnya wajib bagi semua orang yang sudah Mukallap, tegasnya bagi semua orang yang sudah memasuki usia Aqil balig, wajib tidak boleh tidak, karena ada hadis nya kang jeng nabi Muhammad s.a.w yang berbunyi begini :

“Awwalu dinni ma’rifatullohi ta’ala “.

Artinya : Awal-awalnya Agama itu, harus mengetahui lebih dahulu kepada Allah Ta’ala.

Sebab diharuskan mengetahui lebih dahulu itu, supaya di dalam pelaksanaan ibadah seseorang Akan diterima amal ibadahnya oleh Allah Ta’ala, ibadah itu harus dibarengi dengan ilmu. Kalau tidak dibarengi dengan ilmu hukumnya adalah batal, tegasnya tidak jadi. Setiap-tiap sesuatu yang tidak jadi, sudah tentu tidak akan ada manpaatnya untuk di Akherat kelak, hanya berguna di dunia saja. tetapi di dalam perkara ilmu, hati-hati jangan sampai keliru, sedangkan artinya ilmu itu adalah pengetahuan, namun bukan hanya harus mengetahui kepada syara’, yaitu tentang syahnya dan batalnya ibadah saja, tetapi harus dengan mengetahui ( Ma’rifat ) kepada Allah Ta’ala Rosululloh, sebab itu semuanya, jangan sampai tidak karuan ( sembarangan ) saja penempatannya. Perumpamaannya di dunia, amal ibadah itu sedang mengumpulkan perabotan rumah tangga, seperti meja, kursi, lemari dsb, sedangkan Ma’rifat kepada Allah Ta’ala seumpama kita memiliki sebuah rumah yang besar dan megah, yaitu supaya barang-barang yang di dapat dengan susah tentu akan mudah rusak, dan tidak akan menjadikan kenikmatan. Apalagi kalau kita mempunyai tekad amal ibadah itu untuk bekal nanti keakherat, kalau begitu semakin wajib saja Ma’rifat kepada Allah Ta’ala sebab untuk tempat kembali ( pulang ).Kalau tidak diketahui dari sekarang, apakah kira-kira nanti akan sampai ke tempat asal kita tadi? Padahal di dalam sakaratul maut nanti, sudah tidak ada bahan pertanyaan lagi dan sudah tidak akan ada akalnya lagi, saking merasakan rasa sakitnya, sebab menurut hadis juga kalau sekarang kita selama di- dunianya buta, tegasnya tidak mengetahui kepada Allah dan Rasululloh, nantinya di akherat juga tetap saja buta.

Setiap-tiap kita dalam keadaan buta tegasnya merasa gelap diakherat kalau begitu hasil jerih payah kita selama di dunia,yang didapatnya dengan susah payah akan dibawa kemana?

Disebabkan tidak bisa sampai kepada Allah ke tempat asal kita semuanya tadi, boleh jadi hasil jerih payah atau hasil amal ibadah kita akan dibawa kesasar atau tersesat ke sana ke mari, kalau dibawa masuk kedalam sarang kaum siluman, hasil pendapatan kita akan dijadikan sebagai harta kekayaan di negaranya, dan kita sendiri akan dijadikan sebagai pembantunya. Oleh karena itu kita mumpung masih berada (hidup) di dunia, harus berikhtiar sedia payung sebelum hujan, tegasnya harus mau mendatangi ke alam kemudian, atau alam akherat, yaitu harus bisa mati sebelum mati, karena kalau tidak mati dahulu selagi hidup tentu tidak akan tahu kepada akherat. Karana kalau ingin tahu kepada akherat harus bisa mati dahulu, sesuai dengan dalilnya:

“Antal Maotu qoblail maotu”

Jadi jelas akherat atau asal kita tadi, harus diketahui dan harus didatangi dari sekarang supaya nanti tidak akan tersesat lagi, mati sambil mendelik-delik, mencibir, dan melirik kesana kemari seperti orang mencari jalan.

JALAN-JALANNYA MA’RIFAT KEPADA ALLAH TA’ALA

Kalau jalan-jalannya Ma’rifat kepada Allah Ta’ala itu ada dua jalan, ada yang dari bawah ke atas dan ada yang dari atas ke bawah.

Kalau yang dari bawah ke atas, yaitu yang memasuki pesantren lebih dahulu, mengaji kitab Al Qur’an dan terus melaksanakan ibadahnya rukun yang lima perkara. Nah yang begitu adalah termasuk jalan ibadah Ma’rifat Kepada Allah Ta’ala, namun sayang kebanyakan tidak pernah sampai kepada Ma’rifatnya, disebabkan keburu betah, dan keburu enak pada Asma, tegasnya sudah keburu nikmat pada pal penunjuk, padahal kalau diteruskan Ma’rifatnya kepada Dat sifatnya Allah Ta’ala, masa iya tidak berlipat ganda kenikmatannya, karena nyata baru di Asma saja sudah sedemikian kenikmatannya.

Sedangkan kalau jalan yang dari atas ke bawah, yaitu yang memenuhi dalil tadi, Awwalu Dinni Ma’rifatullohi ta’ala, jalannya bukan hanya dari pada pesantren saja, tetapi harus mau melatih diri, yaitu harus dengan Tirakat dibarengi dengan Ikhtiar mencari tempat berguru, yaitu Guru Mursid, karena tidak akan mengerti kalau tanpa guru, oleh sebab itu manakah yang akan disusul (dikejar) oleh kita ? Tidak ada lain, kecuali dari pada Tarekatnya para Wali yang harus dikejar, sebab itulah yang bisa sampai Ma’rifat kepada Dat sifatnya Allah Ta’ala, yang disebut dengan Johar Awal, yaitu hakekatnya Muhammad, masa iya tidak ada berkah keramatnya untuk kita semuanya, sebab tadi juga, para Wali makanya sedemikian rajin dan gigihnya bertapa, tidak ada lain hanya untuk membela umat-umatnya Rasululloh supaya bisa kembali lagi kepada Allah Ta’ala. Oleh sebab itu marilah kita segera cari bersama-sama Tarekat para wali tersebut, sebab kalau tidak cepat-cepat ketemu Tarekat para Wali itu, tentu tidak akan dapat kembali lagi ke asal, pasti nyawa kita nanti akan bergentayangan nitis menitis, kembali lagi ke dunia kepada barang-barang yang akan terkena rusak, tidak akan bisa memenuhi dalil:

“Inna lillahi wa inna ilaihi roojiun”

Artinya: Asal dari Allah, harus kembali lagi kepada Allah

Namun semuanya mungkin masih bingung, walaupun percaya juga, karena kita tidak merasa tadinya berangkat dari Allah, turunnya kealam dunia, tetapi dikarenakan ada dalilnya begitu, cepat-cepat saja kita mengaku berasal dari Allah, tetapi mengakunya cuma sebatas bahwa bibir saja, terpaksa mengakunya karena takut disebut kafir/kufur, karena tidak percaya kepada dalil, namun artinya tetap saja gelap tidak mengerti, disebabkan tidak terasa.

Oleh sebab itu saya akan memberi sedikit keterangan, supaya dapat terasa dan percaya, kita tadi asalnya dari ALLAH, beginilah keterangannya kita telusuri dahulu dari bawah ke atas, supaya dapat di mengerti oleh akal.

Mula-mula kita menerima berasal dari mana? Yang dapat dimengerti oleh umum, kita berasal dari IBU, terus telusuri lagi ke atasnya, kalau ibu kita berasal dari mana? Tentu saja ibu kita berasal dari NENEK, kalau nenek berasal dari mana? Tidak salah lagi Nenek keluar dari BUYUT, kalau buyut keluar dari mana? Buyut berasal dari BAO (menurut istilah bahasa sunda). Kalau Bao berasal dari mana? Asalnya tentu dari JANGAWARENG, kalau jangawareng berasal dari mana? Tentu saja keluarnya dari UDEG-UDEG, kalau udeg-udeg berasal dari mana? Tentu keluar dari KAKAIT SIWUR, selanjutnya begitu saja, dari ibunya dan dari ibunya lagi, sampai kepada SITI HAWA, sedangkan Siti Hawa berasal dari mana? Siti Hawa berasal dari TULANG RUSUKNYA NABI ADAM, kalau Nabi Adam berasal dari mana? Diterangkan oleh Hadis bahwa Nabi Adam berasal dari pada SARI-SARI BUMI, API, AIR dan ANGIN, sedangkan Sari-Sari Bumi, Api, Air dan Angin berasal dari mana? Diterangkan pula oleh Hadits asalnya dari pada NUR MUHAMMAD, cahaya empat perkara.

1. Cahaya hitam hakekatnya BUMI
2. Cahaya putih hakeketnya AIR
3. Cahaya kuning hakekatnya ANGIN
4. Cahaya merah hakekatnya API

Kalau NUR MUHAMMAD berasal dari mana?

Itu juga diterangkan oleh Hadis, asalnya dari pada Nurnya Yang Maha Suci, yaitu yang disebut dengan JOHAR AWAL. Nah sampai di situ buntu, sebab sudah diterangkan oleh Hadis dan Al Qur’an, bahwa JOHAR AWAL itu adalah bibitnya atau cikal bakalnya tujuh lapis Bumi dan tujuh lapis Langit beserta seluruh isinya, jadi kalau begitu, bahwa tadi dikatakan berasal dari Allah itu, yaitu berasal dari sana, dari pada JOHAR AWAL itulah, sifatnya terang benderang yaitu bersatunya Dat dengan sifatnya Yang Maha Suci, barulah ada Asma Allah yaitu:

1. Cahaya Merah jadi Hakekat lapad……….Alip

2. Cahaya Kuning jadi Hakekatnya lapad…..Lam Awal

3. Cahaya Putih jadi Hakekat lapad…………Lam Akhir

4. Cahaya Hitam jadi Hakekat lapad…………He

5. JOHAR AWAL jadi Hakekat lapad………Tasjid

Begitulah keterangannya, jadi itu cahaya yang disebut di atas adalah yang disebut Ismudat, artinya Asmanya DAT LAESA KAMISLIHI, atau Asmanya yang Maha Suci, kalau menurut para ahli dzikir disebutnya Latifah, nah nantinya kita harus bisa kembali lagi ke sana, makanya wajib diketahui dari sekarang Tarekatnya yang dapat menghilangkan Hijab atau penghalang yang menggelapi kepada Dat Sifatnya Allah Ta’ala, harus sampai ketemu dengan Hakekatnya Tasjid Muhammad yang ada di dalam wujud pribadi, nah itulah kunci Muhammad yang dapat membongkar Hijabnya kepada Allah Ta’ala, kalau seumpama ketemu, Insya Allah tentu kita bisa memenuhi pada peribahasa pulang ke sejati, kembali ke asal. Yaitu yang pulang ke sejati adalah Rasa Jasmani yang sekarang dipakai, kembali lagi kepada rasa tadi, sewaktu masih berada di Nurulloh (JOHAR AWAL), sedangkan yang kembali ke asal, yaitu Jasmaniah berubah menjadi asalnya lagi, yaitu menjadi Nur Muhammad, menjadi cahaya empat perkara lagi, cahaya merah, kuning, putih, hitam, setiap-tiap yang bisa kembali ke asal, itulah yang namanya sempurna, artinya habis bersih, habis rasanya, habis jasmaninya.

MULA-MULANYA KALAU INGIN MENCARI TUHAN

Nabi Muhammab S.A.W bersabda :”Man tholabal maolana bighoeri nafsihi faqod dolla dolalan ba’da”.

Artinya : “Barang siapa manusia mencari Tuhan keluar dari pada dirinya sendiri, maka sesungguhnya orang itu tersesat, karena didalam tekadnya merasa sangat jauhnya dengan Allah Ta’ala”.

Padahal ada dalilnya:

“Wanachnu aqrobu ilaehi min hablil waried”

Artinya :

“Aku sudah tidak ada jaraknya lagi dengan kamu sekalian, walaupun diumpamakan urat leher dengan leher kamu pribadi juga, masih lebih dekat denganku “. Makanya manusia lebih dimulyakan oleh Allah Ta’ala dibandingkan dengan makhluk yang lain, sesuai dengan dalilnya yang berbunyi :

“Wa laqod karomna Bani Adam”.

Artinya : “Kami sudah memuliakan sekali anak cucu Adam”.

Dan ada lagi dalilnya yang berbunyi begini :

“Laqod kholaqnal insanna fi ahsanitaquiim”

Artinya : “Manusia adalah yang paling bagus dan paling menakjubkan dari pada suatu kejadian, diantara sesama makhluk Allah Ta’ala”.

Coba saja kalau kamu sudah mengetahui keadaan yang ada di dalam dirimu sendiri, tentu nanti akan terasa keajaiban-keajaiban yang ada di dalam badan sendiri.

Ada lagi hadis Nabi Muhammad yang mengatakan

“Man ‘arofa napsahu faqod ‘arofa robbahu “.

Artinya : “Barang siapa yang sudah mengetahui kepada dirinya sendiri, sudah tentu akan mengetahui kepada Tuhannya”

.

“Wa man ‘arofa robbahu faqod jahilan napsahu”

Artinya : “Dan barang siapa yang sudah mengetahui kepada Tuhannya, tentu akan merasa bodoh dirinya, karena tentu dia dapat mengerti bahwa sijasad tidak akan bisa bergerak, kalau tidak didayaupayakan oleh Tuhannya “.

Jelas sekali bahwa jasad ini betapa bobroknya, makanya kalau kita mengaji, jangan hanya mengaji kitab yang akan terkena rusak saja, tetapi harus mengaji kitab yang kekal, sesuai kata hadisnya yang berbunyi begini :

“Iqro kitabika kafa binafsika alyaoma alaika hasiba”

Artinya : “Kamu harus mengaji kitab yang kekal, yaitu mengaji kitab yang ada di dalam dirimu sendiri”.

Cobalah cari Qudrat-Iradatnya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, karena

Lebih nyata kekuasaannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan

Lebih nyata kehendaknya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan

Lebih nyata ilmunya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan

Lebih nyata hidupnya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan

Lebih nyata penglihatannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, dan

Lebih nyata Pendengarannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, serta

Lebih nyata pengucapannya Allah Ta’ala di dalam diri sendiri, Karena ada dalilnya yang berbunyi :

“Wa huwa ma’akum ‘aenama kuntum”

Artinya : “Allah Ta’ala membarengi saja kepada semua umat-umatnya dimana saja kamu berada, disitu aku berada”.

Tetapi sesungguhnya dibarengi oleh Allah Ta’ala, yaitu dengan Qudrat dan Iradatnya dan dengan ilmunya, kan jelas di dalam sifat dua puluh juga saling merangkap :

Hayat dan hayyun

Hayat artinya hidup, hayyun artinya yang hidup

Sama’ dan sami’an

Bashar artinya melihat, bashiran artinya yang melihat

Kalaam dan Mutakaliman

Kalaam artinya mengucap, mutakaliman artinya yang mengucap

Qudrat dan Irodat

Qudrat artinya kuasa, Irodat artinya kehendak

Apa yang berkuasa di dalam diri kita ?

Tiada lain selain dari pada Hidup, buktinya kita dapat bergerak,

Apa yang berkehendak di dalam diri kita ?

Itulah Rasa, buktinya :

Mata bisa melihat

Telinga bisa mendengar

Mulut bisa mengucap (bicara)

Hidung bisa mencium

Tuh kan terbukti, jelas tidak berpisahnya, sekarang tinggal barangnya saja, yang seperti apakah sifatnya Qudrat atau hidup itu, wajib sekali diketemukannya, supaya dapat dimengerti dan terasa, jangan hanya percaya menurut khabar saja, harus yakin oleh diri sendiri.

MENERANGKAN ARTINYA IMAN DAN MA’RIFAT

Kalau Iman artinya Percaya.

Kalau Ma’rifat artinya mengetahui

Ternyata berbeda antara Iman dan Ma’rifat, kalau begitu kita percaya adanya Allah Ta’ala, harus dengan mengetahuinya (Ma’rifat), kalau tidak dibarengi dengan aenal yaqin atau jelas, maka kalau begitu Imannya, Iman Taqlid, bisa jadi mengaku percaya adanya Allah Ta’ala hanya berdasarkan pendapat atau khabar dari orang lain saja, atau hanya mendapat khabar dari kitab saja

Jadi kalau demikian pahamnya hampir semua yang beriman kepada Allah, hanya sebatas percaya kepada adanya Allah saja, dikarenakan ada bukti ciptaannya Bumi dan Langit dengan segala isinya. Kalau begitu jangankan orang yang menganut agama Islam, malah yang menganut agama lain juga, sama-sama percaya kepada adanya Allah Ta’ala, apa bedanya agama Islam dengan agama-agama lainnya ?

Apakah dikarenakan agama islam ada rukunnya, yaitu shahadat, sholat, zakat, puasa dan haji. Kan di dalam agama-agama lain juga sama-sama ada shahadatnya, ada sholatnya, hanya mungkin berbeda di dalam tata cara dan bahasanya saja maksudnya tentu sama, kan tadi dikatakan bahwa agama Islam itu adalah yang paling tinggi derajatnya, dibandingkan dengan agama-agama lain, karena ada dalilnya begini :

“Al Insaanu Sirri Wa’ana Sirrahu”

Artinya :”Rasa Muhammad itu adalah Rasa Allah, Rasa Allah ya Rasa Muhammad.

Tegasnya adalah pengetahuan Muhammad ya pengetahuan Allah, pengetahuan Allah ya pengetahuan Muhammad apalagi menurut hadis

“Illa Haqq Illa Haqqin, Illa Haqqin Illa Haqq”

Artinya :”Muhammad itu adalah haq Allah, Allah itu adalah haq Muhammad.

Nah begitulah makanya agama islam dikatakan sebagai agama yang paling tinggi derajatnya, disebabkan karena paling dekat-dekatnya dengan Allah, tidak akan ada Allah kalau tidak ada Muhammad, tidak akan ada Muhammad kalau tidak ada Allah, tegasnya tidak akan ada sifat kalau tidak ada Dat, tidak akan ada Dat kalau tidak ada sifat, makanya Kang Jeng Rosululloh disebut sebagai Penghulunya Para Rosul dan disebut sebagai induk dari pada sekalian roch, jadi agama Islam makanya disebut paling tinggi derajatnya yaitu disebabkan adanya Hak Ma’rifat Kepada Allah, kan terbukti bahwa Rosululloh bisa melakukan Mi’raj malah sampai ke sebelah sininya, Syech Syarief Hidayatulloh wali qutub Cirebon, Mi’rajnya bisa ketemu dengan Hakekatnya Kang Jeng Nabi Muhammad yaitu yang disebut Johar Awal, tegasnya sifat Yang Maha Suci, menurut para Wali disebutnya Sejatining Hirup, atau Sejatining Syahadat, yaitu berasalnya Dat dengan Sifatnya Yang Maha Suci, jadi kita juga kalau bisa ketemu dengan Tarekatnya Para Wali, Insya Allah bisa ketemu dengan Hakekatnya Rosululloh. Setiap-tiap sudah bisa ketemu dengan Hakekatnya Rosululloh, barulah kita diakui sebagai Umatnya, setiap-tiap sudah diakui sebagai umatnya Rosululloh Insya Allah nanti akan dibawa kedalam keselamatannya, yaitu kepada Kesucian. Kalau belum mengetahui dibarengi yakinnya kepada Rosululloh, baik kepada Majajinya atau kepada Hakekatnya tetap belum Syah kita mengaku sebagai umatnya Rosululloh, karena didalam rukun syahnya membaca syahadat juga sudah diterangkan didalam kitab :

1. Harus menetapkan dahulu Datnya Allah Ta’ala
2. Harus menetapkan dahulu sifatnya Allah Ta’ala
3. Harus menetapkan dahulu Asmanya Allah Ta’ala
4. Harus merasa jelas (kenal) dahulu kepada Rosululloh

Tuh kan begitu caranya membaca Syahadat, harus kenal lebih dahulu kepada Rosululloh, sebab bagaimana mau bisa menetapkan adanya Allah dan Rosululloh, kalau belum mengetahui (Ma’rifat) kepada sifat-sifatnya, sebab istilah menetapkan itu, harus kenal dahulu kepada barang-barang yang akan ditetapkannya. Ternyata begitulah membaca Syahadat, bukan hanya sekedar menyebut saja, karena kalau hanya menyebut saja anak kecil juga sudah bisa, makanya wajib dengan mengetahuinya, seumpama kita membaca program bioskop (Resensi Film) yang sangat ramai, tetapi tidak dengan menonton filmnya, apakah akan menjadikan kenikmatan bagi kita ?

Begitu juga walaupun kita tidak membaca Resensinya, tetapi langsung menonton filmnya didalam bioskop itu, manakah yang lebih utama ? Lebih utama yang membaca Resensinya atau lebih utama yang menontonnya ?

Begitu pula didalam perkara agama atau ilmu, yang membaca atau mendengarkan kitab ini, jangan cepat-cepat tidak percaya, jangan cepat-cepat menolak karena jaman kita sekarang ini, sudah sedemikian modernnya, pikiran orang sudah meningkat, sudah sedemikian majunya sehingga sudah tidak terlalu suka lagi dibohongi (dibodohi), orang didalam jaman sekarang di segala bidang selalu ingin nyata, ingin terasa yakin, ingatlah kepada peribahasa orang tua jaman dahulu “Batu Turun Kesik (Pasir) Naik”, tidak menjadi halangan, sungguh keagungan Allah Ta’ala, si orang tua menjadi bodoh si anak menjadi pandai, dan harus ingat pula bahwa sesungguhnya Ilmu Rosululloh itu ada empat pangkat yaitu :

1. Ilmu Sareat
2. Ilmu Hakekat
3. Ilmu Tarekat
4. Ilmu Ma’rifat

Pada jaman sekarang Ilmu Ma’rifat itulah yang sedang diburu dan dicari oleh semua umat islam, karena ingin merasa jelas kepada Allah dan kepada Rosululloh, berhubung ada dalilnya :

“Wa’bud robbaka hatta ya’ tiyakal yaqin”

Artinya : ”Menyembah kepada Allah Ta’ala harus dibarengi sampai dengan jelas dan yakin”.

Supaya syah Datnya, syah sifatnya, syah Asmanya, syah af’alnya selama mengembara di alam dunia, biar sampai terasa tidak berpisahnya dengan Allah dan Rosululloh.Setiap-tiap sudah merasa tidak berpisahnya dengan Allah dan Rosululloh siang maupun malam,barangkali saja kita sudah tidak akan mempunyai lagi tekad yang buruk,maupun perbuatan yang buruk ,misalnya seperti iri dengki,jahil aniaya terhadap sesama manusia atau terhadap mahluk Allah,karena tentu akan merasa malu,disebabkan selalu merasa diperhatikan terus oleh Allah Ta’ala.Segala hal sudah tidak di rahasiakan lagi,dan segala perbuatan apa saja sudah tidak disertai dengan ujub,ria,takabur atau sombong,karena ternyata kita ini merasa tidak memiliki apa-apa,justru hina dina,apes,bodoh dan lemah,bisa juga ada rejeki dapat mengerjakan segala sesuatu bisa terlaksana ternyata dibarengi dengan pertolongan Yang Maha Suci,yaitu dengan qudrat dan irodatnya Yang Maha Kuasa.Jadi sekarang bisa kita simpulkan,bahwa setiap-tiap orang yang masih mau melakukan iri dengki,jahil aniaya terhadap sesama mahluk Allah Ta’ala,baik pada ustad /guru ngaji,pada santri atau kyainya sekalipun,pertanda orang itu masih belum merasa dekatnya dengan Allah dan Rosululloh,setiap-tiap belum merasa dekatnya dengan Allah,tentu segala tekad dan perbuatannya,masih tetap didalam ujub ria takabur atau sombong dan suka mengaku-aku paling pandai,orang lain tidak,mengaku-aku paling benar,orang lain tidak,mengaku islam sendiri orang lain tidak,jadi orang yang begitu sama saja dengan mengaku mempunyai Qudrat dan Irodatnya sendiri,tidak mau menerima kepada Qudrat dan Irodatnya Allah Ta’ala,sama saja dengan merebut dan merasa memiliki pada kekuasaan Allah Ta’ala.Memang tidak mudah kita mengaku islam,apalagi saling menuduh kepada orang lain,si ini islam si itu kafir,karena sesungguhnya seseorang islam atau kafir,hanya Allah saja yang mengetahui dan yg akan menetapkannya,begini keterangannya;

BAB ISI

Bahwa sesungguhnya islam itu adalah suci,bersih dari pada kotoran.Apakah yg menjadikan kotor ? Tiada lain kecuali napsu,oleh karena itu siapakah orangnya didunia ini yg tidak mempunyai napsu’Apalagi pada orang yg berbuat maksiat,walaupun pada orang yg ahli agama juga,sama sama ketetapan napsu,terlebih lagi pada orang yang sering melakukan iri dengki,ujub ria takabur atau sombong jahil aniaya terhadap mahluk Allah,walaupun hanya sekedar napsu ingin duniawiah juga,sdh kotor saja.Begitulah keterangannya. Setegasnya bahwa islam itu tidak ada dua,tidak ada tiga,justru hanya satu-satunya,malah yg itupun Go’ib lagi sifatnya,karena sesungguhnya sifatnya islam itu adalah Nur,nah itulah yg ketetapan napsu,sebab tadikan pada waktu kita masih berada di alam Nur,tidak mempunyai napsu ingin apa apa,begitu juga yg islamnya tidak ada dua atau tiga,karena hanya satu saja,yaitu Kang Jeng Rosululloh.Ternyata manusia tdk kebagian pangkat islam,manusia hanya sbg umat saja,namun yg sampai kpd pangkat umat jg hanya satu diantara seribu,karena saking merasa sukarnya,sebab hrs mengetahui dahulu kepada Rosullulloh dan mengerjakan segala perintahnya,kebanyakan hanya mengaku saja,jangankan mengetahui kpd Rosullulloh,kpd perintahnya juga banyak yg tdk mau mengerjakan,padahal didalam rukun islam juga diwajibkan berjiarah ke makam Rosululloh dan ke Baetulloh,yaitu keratonnya Allah Ta’ala ya ada di dlm diri sendiri,sesuai dg dalilnya;’KULLU UMATIN WA RUSULIHI’ Artinya;’Pada setiap tiap umat sama sama ketetapan Rosullulloh,yaitu artinya Rasa Allah’ ,oleh sebab itu kita harus penasaran,wajib mengetahuinya kpd Hakekatnya Rosullulloh yg ada di badan sendiri,drpd kita berjiarah ke Mekkah atau ke Madinah tidak mampu,pdhl tadi sdh dikatakan bahwa haji itu ada dua macam,yaitu Haja Majaji dan Haji Hakekat’.Haji Majaji yaitu yg bisa melaksanakan pergi berjiarah lgsng ke Mekkah[Baetulloh] dan ke Madinah.Sedangkan haji Hakekat yaitu yg sdh mengetahui kepada Hakekatnya Baetulloh dan Rosululloh di dalam diri sendiri.karena Rosululloh itu tidak wafat, kalau wafat alam dunia ini juga tidak akan ada, karena telah terbukti bahwa Syech Syarief Hidayatulloh bisa bertemu dengan hakekatnya Rosululloh yaitu dengan jalan tarekat, jadi walaupun kita juga kalau ingin menjadi umat Rosululloh harus bisa mengetahui kepada hakekatnya Rosululloh yang disebut dengan johar awal, kita harus sampai ketemu dangan Tarekat peninggalan (warisan ) para wali tersebut.

MENERANGKAN UMAT ROSULULLOH

Kalau umat Rosululloh kalau menurut hak-haknya hanya ada empat yaitu :

1. Shohabat Abu Bakar

2. Shohabat Umar

3. Shohabat Usman

4.Shohabat Ali

Karena yg empat itu selalu bersama sama dengan Rosullulloh,baik siang maupun malam,yg dijadikan shohabat [ utusan ] oleh Rosullulloh,namun sekarang semuanya juga mengetahui ,bahwa shohabat yg empat itu sdh wafat semua Majajinya,tetapi hakekatnya tdk wafat ,ada di dlm badan manusia karena Rosullulloh juga hakekatnya ada di badan manusia,

1,Hakekatnya Abu Bakar nyatanya PENGLIHATAN,

2.Hakekatnya Umar nyatanya PENDENGARAN,

3,Hakekatnya Usman nyatanya PENGUCAP,

4, Hakekatnya Ali nyatanya PENCIUMAN.

itu Penglihatan,Pendengaran,Pengucap dan Penciuman,sifatnya Go;ib ke empatnya,tanpa rupa,nah itulah Hakekatnya para shohabat Makanya shohabat yg empat itu hrs mengetahui kpd Hakekatnya Kang Jeng Nabi Mmhammad s,a,w,dan hrs sampai bisa menyatu dgn Rosullulloh dan hrs bisa merasa bersama sama siang dan malam,setiap-tiap sdh menjadi satu sama rasa tdk berpisahnya dgn Rosullulloh,makin akan tetap menjadi umatnya dan setiap-tiap sdh menjadi umatnya,tentu nanti akan disempurnakan didatangkan kpd Allah Yabg Maha Suci, yaitu tempat ASALNYA ,seumpama sejak skrg tdk mengetahui kpd Rosullulloh serta tdk merasa bersatunya,nantinya jg akan tetap berpisah saja,nyawa kita tdk salah lagi tentu kembali lg ke dunia,bergentayangan menjadi hantu,setan,siluman atau akan nitis menitis kembali kpd manusia atau hewan,setiap-tiap nyawa manusia kembali lagi ke dunia,tetap akan celaka masuk ke dlm api neraka,nanti pd hari Kiamatnya alam dunia ini, karena nyawa nyawa manusia yg bergentayangan,tegasnya yg tdk dpt kembali lagi ke asalnya yaitu Allah Ta;ala,menurut bahasa skrg sedang di Preventif,berada di alam Barjah,menanti-nanti landratan [ siksaan ] yang lebih besar pada Walyaomil Akhiri, yaitu hari kiamatnya alam dunia ini.

MENERANGKAN RUKUN IMAN YANG KE ENAM

Rukun iman yang ke enam yaitu :

“Wal qodri khoerihi wa sarrihi minallohi ta’ala”

Artinya : “Takdir baik dan buruk adalah merupakan kepastian dari Allah Ta’ala atau baik dan buruk berasal dari Allah Ta’ala”.

Di bagian ini kita percaya jangan sampai keliru, harus difikirkan matang-matang dan harus benar-benar di renungkan secara mendalam, karena Allah Ta’ala bersifat Maha Suci, masa iya yang Maha Suci akan menyiksa atau mengganjar ( memberi pahala ) nanti di akherat kelak, jadi kalau begitu Allah Ta’ala menciptakan manusia tentu mengharapkan manfaat atau mengharapkan pamrih, karena kehendaknya mau menyiksa atau mengganjar, kalau demikian halnya tidak jadi sucinya Allah Ta’ala itu.

Namun kita harus percaya pada dalil itu, kita harus percaya kepada adanya Surga dan Neraka, atau enak dan tidak enak, nanti di akherat, karena sekarang juga di dunia, kembangnya sudah terasa, ada enak dan tidak enak, tetapi itu Surga dan Neraka bukan dari Allah Ta’ala, tetapi tegasnya berasal dari pada hasil tekad, ucapan dan perbuatan kita sendiri selama hidup di dunia ini, sebab tadi Allah Ta’ala menciptakan manusia cukup sekali jadi, tidak di tuntut ( dicicil ) satu persatu, sudah KUN FAYAKUN, langsung sekaligus, cukup tidak ada kekurangan, tetapi memberi cukup itu, yaitu hanya memberikan perabotnya ( perkakas/alat-alat ) saja. Apakah perabot ( alat-alat ) dari Allah Ta’ala ? Yaitu anggota badan seperti : dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga, hidung dan mulut, serta nafsu empat perkara.

Yaitu nafsu Amarah, Loamah, Sawiah dan Mutmainah. Begini firman Allah Ta’ala “kalau engkau ingin ke Neraka tegasnya ingin ketidakenakan ( ketidaknikmatan ), silahkan engkau segera mengerjakan perbuatan dosa. Yaitu mengerjakan segala perbuatan buruk, karena sudah tersedia perabotannya dariku yaitu, ada nafsu Amarah, Loamah, dan Sawiah begitu pula kalau engkau ingin ke surga atau kenikmatan, silahkan saja berbuat baik”, Artinya mengerjakan amal perbuatan kebajikan-kebajikan, karena sudah tersedia pula perabotannya dariku yaitu, nafsu Mutmainah.

Nah begitulah setegasnya, maka ada Surga dan Neraka, dunia begitu juga akherat, hasil tekad dan perbuatan kita selama di dunia, begitu pula hasilnya bukan untuk orang lain, tetapi untuk milik kita sendiri, sejak di dunia sampai ke akherat.

Jadi oleh sebab itu, sekarang kita semuanya harus berhati-hati, di dalam menjalankan perabot-perabot dari Allah Ta’ala, harus memakai akal budi dan pemilih yang cukup, jangan terlalu banyak mempergunakan perabot Amarah, Loamah dan Sawiah, mustahil kalau tidak dipergunakan sama sekali, setidak-tidaknya jangan terlalu banyak, sekurang-kurangnya bisa seimbang dengan penggunaan perabot Mutmainah karena kita harus waspada bahwa semua hasil dari pada pekerjaan kita selama di dalam pengembaraan di alam dunia, akan menjadi masing-masing miliknya sendiri, tidak akan tertukar lagi.

Bagaimanakah caranya atau akalnya supaya kita dapat memperbanyak menggunakan perabot Mutmainah ?

Tidak ada lain, kecuali kita harus berlindung kepada Allah Ta’ala dan Rosululloh, tegasnya kita harus Ma’rifat, tentu akan bisa merasa bersama-sama selalu baik siang maupun malam dengan Allah dan Rosululloh, setiap-tiap sudah merasa tidak berpisahnya, Insya Allah biasa berbuat baik, Ibadahnya dibarengi dengan Syahnya, Negara kita juga sudah pasti akan aman, karena semua rakyatnya berkelakuan baik.

MENERANGKAN PASAL AL-QUR’AN

Al-Qur’an itu terbagi dalam empat perkara :

1. Al Qur’anul Majid
2. Al Qur’anul Karim
3. Al Qur’anul Hakim
4. Al Qur’anul Adim

Al Qur’an yang empat perkara itu dijabarkan oleh salah seorang ulama begini

1. Al Qur’anul Majid

Yaitu Al Qur’an yang ada hurufnya atau ada tulisannya yang umum dibaca oleh kaum islam se dunia.

2. Al Qur’anul Karim:

Artinya Al Qur’an yang mulia, buktinya masih itu juga Al Qur’an yang ada tulisannya, karena itulah yang dimuliakan oleh kaum islam se dunia.

3. Al Qur’anul Hakim :

Artinya Al Qur’an yang Agung, disebutkan barangnya masih itu juga, Al Qur’an yang suka dibaca, sebab itulah yang suka diagung-agungkan oleh kaum islam se dunia.

4. Al Qur’anul Adim :

Artinya Al Qur’an yang Suci, dan yang kekal, ditunjuk masih itu juga buktinya, Al Qur’an yang ada tulisannya, karena itulah yang Suci dan Kekal hukumnya, dari dunia sampai ke akherat.

Nah begitulah Al Qur’an yang empat perkara dijabarkannya oleh para ahli Syara’, biar diborong semuanya dan walaupun semuanya ada empat, tetap saja barangnya masih itu-itu juga.

Jadi kalau begitu Al Qur’an yang ada tulisannya dianggap Tapekong, karena jelas sekali Al Qur’an itu ( Al Qur’an yang ada tulisannya ) hasil buatan manusia, mengapa disebutkan sebagai Al Qur’an yang Mulia, yang Agung, yang Suci, yang Kekal, Padahal jelas sekali Al Qur’an yang ada tulisannya itu dapat ( bisa ) terkena rusak, jadi kalau orang Islam tetap mempunyai tekad seperti itu,jelas tidak ada bedanya dengan agama Cina, menyembahnya atau mempertuhankannya kepada barang yang baru, apalagi yang membuatnya juga yang baru.

Oleh karena itu maka saudara-saudara kaum Islam semuanya, jangan sampai keliru, di bawah ini akan saya terangkan pasal Al Qur’an yang empat perkara itu :

1. Al Qur’anul Majid :

Itu cocok benar dengan barangnya, yaitu Al Qur’anul Majid, artinya Al Qur’an yang ada tulisannya, karena terbukti ada hurufnya, yang umum suka di baca oleh semua kaum islam.

1. Al Qur’anul Karim :

Artinya Al Qur’an yang MULIA, setegasnya yang namanya Al Qur’anul Karim itu buktinya TANGAN, berkat jari jemarinya, jadi setegasnya yang nulis adalah tangan dan jari jemari, karena jalan itu tulisan ( huruf-huruf Al Qur’an ) berasal dari tangan dan jari jemari yang menulis, jadi kalau begitu sebenarnya yang mulia itu adalah TANGAN BESERTA JARI JEMARI yang mula-mula menulis Al Qur’an itu, coba pikirkan siapakah yang mula-mula mengadakan Al Qur’an itu ? Masa iya tidak dapat di mengerti, itulah sebenarnya yang mulia.

1. Al Qur’anul Hakim

Artinya Al Qur’an yang AGUNG, buktinya adalah PENGLIHATAN, karena tangan beserta jari jemarinya tidak akan bisa menulis kalau tidak ada penglihatan. Jadi setegasnya yang Agung adalah PENGLIHATANNYA, yang mula-mula mengadakan Al Qur’an itu.

1. Al Qur’anul Adim

Artinya Al Qur’an yang SUCI dan KEKAL, yaitu buktinya HIDUP, karena Penglihatan, Tangan serta Jari Jemari tidak akan bisa menjadikan apa-apa kalau tidak ada Hidupnya, jadi setegasnya yang Suci dan yang Kekal adalah HIDUPNYA yang mula-mula mengadakan Al Qur’an itu.

Oleh karena itu kita sekarang mengaji, kalau ingin sampai kepada sucinya dan kalau ingin sampai ke sempurna. Al Qur’an yang empat perkara itu harus dibaca dan dikaji semuanya, pertama-tama kita harus mau membaca Al Qur’anul Majid, yaitu AL QUR’AN MAJAJI, yang ada tulisannya/yang ada hurufnya, nah itu adalah bagian ILMU SAREAT, setelah dibaca harus terus dikaji, yaitu harus diartikan maksudnya, setelah dapat dimengerti maksudnya, segeralah cari dan kerjakan TAREKATNYA, supaya terasa, sebab AL QUR’ANUL MAJID itu adalah petunjuk jalan untuk mengetahui kepada Allah dan Rosululloh. Jalannya tidak ada lain kecuali dengan Tarekat, yaitu dengan AL QUR’ANUL KARIM, artinya harus mau mengkaji, PEKERJAAN TANGAN ( segala pekerjaan yang dilakukan oleh tangan ) begitu pula jari jemari kita, yang sekiranya akan sampai kepada Allah dan Rosululloh, karena Allah Ta’ala telah memberi tangan dan jari jemari kepada manusia, bukan untuk sekedar dipakai menjadikan barang-barang dunia yang terkena rusak saja, tetapi harus dipakai pula untuk menjadikan jalan untuk mengetahiu kepada Allah dan Rosululloh, supaya tangan dan jari jemari kita menjadi mulia, karena ada dalilnya begini :

“Aso Biahum Fi adanihim minas-sowaiki hadarol mauti

wallahu muhitun bilkafirin”.

Artinya :”Kalau tangan dan jari jemari kamu tidak dipakai untuk mencari jalan mati tetap tangan dan jari jemari kamu martabatnya sebagai tangan dan jari jemari hewan, TETAP KAFIR dan akan masuk ke dalam NERAKA.

Dari AL QUR’ANUL KARIM harus naik lagi kepada AL QUR’ANUL HAKIM yaitu bagian ILMU HAKEKAT, yaitu kita harus mau mengkaji pekerjaan penglihatan kita, yang sekiranya bakal HAKIM ( mengetahui ) kepada barang kekal, yaitu kepada hakekatnya ALLAH dan MUHAMMAD, karena Allah Ta’ala memberi tajamnya penglihatan kepada manusia, bukan hanya sekedar untuk dipakai melihat kepada barang-barang yang baru saja, yang bisa terkena rusak namun harus pula dipakai untuk melihat dan mengetahui HAKEKATNYA ALLAH dan ROSULULLOH disebut dengan AL QUR’ANUL ADIM yaitu Al Qur’an yang kekal HIDUP, bibit dari pada tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit beserta isinya. Nah dari sanalah kita juga asalnya, jadi setegasnya yang namanya Ma’rifat Kepada Allah, yaitu yang sudah mengetahui dibarengi dengan keyakinan kepada Hakekatnya ALLAH dan MUHAMMAD tegasnya yang disebut dengan JOHAR AWAL.

Namun hati-hati jangan sampai keliru, menetapkan Johar Awal itu kepada terangnya sinar matahari yang dapat dilihat oleh mata kepala, kalau itu Johar Pirid namanya, bagian Swarga Loka ( Dewa ), tempatnya di Puncak Gunung Himalaya.Perkara Johar Awal yang sejati, yaitu yang disebut pula dengan Johar Latif tegasnya Go’ib, tidak bisa terlihat oleh mata kepala, sesuai dengan dalilnya yang berbunyi begini :

“Bu’yalullohi ta’ala fi-dunya bi-laenil qoibi”

Artinya :”Melihat hakekatnya Allah Ta’ala di dunia dengan tajamnya penglihatan mata hati, tegasnya dengan HAKEKATNYA ROSULULLOH”.

Karena yang namanya orang tidak akan ada yang bisa Ma’rifat kesana karena orang hanya sekedar dipakai tempat untuk melihat kepada Rosululloh dan Allah Ta’ala. Setiap-tiap wujud kita sudah bisa dipakai sebagai tempat untuk melihat kepada Rosululloh dan Allah Ta’ala. Tentu tangan dan jari jemari kita akan bisa menceritakan bahwasanya sudah mengaku mengetahui kepada Allah Ta’ala, disebabkan sudah diberitahu oleh Rosululloh. Jadi kita ini hanya terbawa tahu, terbawa nikmat oleh Rosululloh di dunia sampai ke akherat, tidak akan salah lagi karena sudah tetap menjadi umatnya, sebab dari sekarang sudah merasa tidak berpisahnya dengan Rosululloh, dikarenakan siang malam wujud kita tetap dipakai oleh Rosululloh, untuk melihat kepada Allah Ta’ala. Tiap-tiap sudah merasa bersama-sama dengan yang Maha Suci, baik siang maupun malam Insya Allah tekad dan perbuatan kita lama-kelamaan akan terasa suci dan sudah tentu setan-setan tidak akan mau mendekati.

Namun begitu juga kalau kita bisa Ma’rifat dibarengi dengan Tohidnya kalau tidak dengan Tohidnya tentu akan salah juga, walaupun sudah mempunyai Tarekatnya, karena tidak merasa takut, tidak merasa malu, tenang saja tekad dan perbuatannya tetap semena-mena, jadi kalau begitu Ma’rifatnya disebut dengan Ma’rifat Nikung ( menyeleweng ), tentu di dunia tidak akan mendapat Syafa’at dari Rosululloh, di dunianya tidak akan luput dari pada kesusahan, karena dibenci oleh Allah Ta’ala, atau tidak diridhoi oleh yang Maha Suci. Seumpama lampu yang ditutupi dengan kaca yang kotor, sudah tentu keluarnya juga menjadi gelap, karena kalau kita ingin dekat dengan yang Maha Suci, kitanya juga harus suci, harus saling mensucikan, suci isinya, suci kulitnya, baru dunianya tidak akan luput dari segala kenikmatan, di akherat juga begitu.

Oleh sebab itu kita harus waspada sekali, terutama bagi yang sudah mempunyai jalan kema’rifatan, tekad dan perbuatan buruk harus dijaga benar-benar,bukan hanya sekedar mengetahui saja, tetapi harus dibarengi dengan pengamalannya dan tekadnya harus baik, sebab kalau kita melakukan perbuatan maksiat, dan melanggar hukum syara’, tentu kita akan cepat di hukum oleh yang Maha kuasa, yang lebih berat hukumannya di bandingkan dengan yang belum Ma’rifat, seperti di dunia juga seumpama orang kampung mencuri ayam hukumannya hanya sekedar didenda atau dipenjara ( dikurung ) selama seminggu, tetapi seumpama seorang Camat mencuri ayam, tentu akan lebih berat lagi hukumannnya, selain dari pada dicopot jabatannya, ditambah dengan dihukum dua sampai tiga kali lipat, dari pada si orang kampung tadi hukumannya, dikarenakan sudah mengetahui kepada Artikelnya, apalagi bagi yang sudah mengetahui kepada Allah Ta’ala, harus ingat kepada perjanjian Guru MURSID, ibadah bersama-sama, durhaka berpisah.

MENERANGKAN MARTABAT ALAM TUJUH

( Dengan Memakai Perumpamaan )

1. ALAM AHADIAT……………………….HURUP AL
2. ALAM WACHDAT……………………..HURUP IAH…………..=ALLAH
3. ALAM WACHIDIAT……………………HURUP MU
4. ALAM ARWAH…………………………..HURUP HAM
5. ALAM AJSAM HURUP MAD.JADI MUHAMMAD
6. ALAM MISAL… HURUP A
7. ALAM INSAN KAMIL…………………HURUP DAM…………..JADI ADAM

Adanya alam dunia juga isinya hanya tujuh hari, hakekatnya itu dari pada alam yang disebut diatas, tegasnya alam yang tujuh itu adalah alam perjalanan Allah-Muhammad-Adam.

Oleh sebab itu wajib diketahuinya oleh kita semua, kalau kita ingin menyusul asal muasalnya diri kita. Sebab kalau tidak diketahui dari sekarang jalan-jalannya dan barang-barangnya, tentu akan tersesat nantinya, tidak akan bisa kembali lagi ke asalnya, karena tidak ketemu lagi dengan jalannya waktu tadi, ketika kita turun dari alam akherat ke alam dunia. Sekarang martabat alam tujuh itu, akan saya terangkan serta memakai perumpamaan dengan dibuktikan oleh gambar, supaya mudah dimengertinya.

TAFSIRAN

LT. A : Yaitu ALAM AHADIAT, martabat Datnya Yang Maha Suci, dalilnya DAT LAESA KAMISLIHI, artinya Dat yang tidak ada perumpamaannya.

Saking bagaimanakah makanya tidak dapat diumpamakan

Apakah karena saking KUASANYA ?

Apakah karena saking AGUNGNYA ?

Ataukah karena saking hanya SATU-SATUNYA

Kalau saking KUASANYA, padahal pada waktu itu belum ada ciptaannya, karena yang namanya kuasa itu harus bukti dahulu yang diciptakannya, karena di alam Ahadiat itu, jangankan manusia, alam akherat atau alam dunia juga belum ada.

Kalau karena saking AGUNGNYA, padahal pada waktu itu ( di alam ahadiat ) masih belum ada yang hina, sebab yang namanya Agung itu, sesudah ada yang hina.

Kalau saking SATU-SATUNYA, karena belum ada duanya di jaman itu, sebab yang namanya satu itu, sesudah ada yang banyak.

Kalau demikian bagaimanakah pengertiannya, supaya itu dalil DAT LAESA KAMISLIHI, jadi sesuai bunyinya ?

Beginilah kalau seandainya setuju, makanya alam ahadiat disebut dengan Dalil DAT LAESA KAMISLIHI, artinya Dat yang tidak dapat diumpamakan, tegasnya yaitu karena saking sucinya, artinya bersih tidak ada sifatnya sama sekali, apalagi namanya, coba mau diumpamakan dengan apa, kalau tidak ada sifatnya ? Karena disaksikan pula oleh Dalil bahwa yang Maha Suci itu, BILLA HAEFIN, artinya tidak ada warna tidak ada rupa, tidak merah, tidak hitam, tidak gelap, tidak terang, BILLA MAKANIN, artinya tidak ada arah tidak ada tempat, tidak di barat tidak di timur, tidak di utara tidak di selatan, tidak di atas tidak di bawah. Nah begitulah keterangannnya, makanya yang Maha Suci tidak boleh diumpamakan, apalagi di tempat-tempatkan atau di tunjuk-tunjuk, disana atau disini, karena terburu bukan sebab terhalang oleh bukti.

LT. B : Yaitu ALAM WACHDAT, martabat sifatnya yang Maha Suci, jadi didalam Alam Wachdat yang Dat Laesa itu menjadi Dat Sifat, rupanya terang benderang, yaitu yang disebut dengan JOHAR AWAL, Johar artinya CAHAYA, Awal artinya PERMULAAN. Jadi Johar Awal itulah yang PERMULAAN ( yang mula-mula ) diciptakan oleh Allah Ta’ala, sebelum diciptakannya bumi dan langit, apalagi manusia, Nah JOHAR AWAL itulah yang disebut HAKEKATNYA MUHAMMAD. Karena menurut Dalil, Muhammad adalah yang paling awal-awalnya diciptakan, sebab Johar Awal adalah Nur, tegasnya CAHAYA YANG MAHA SUCI ( NURULLOH ). Malah menurut para Wali disebutnya sebagai SEGARA HIRUP ( SAMUDERA KEHIDUPAN ) atau SEJATINING SYAHADAT, karena bersatunya Dat dengan Sifat, atau Allah Muhammad pada Hakekatnya.

LT. C : Yaitu ALAM WAHIDIAT, martabat Asmanya yang Maha Suci, kejadian dari pada JOHAR AWAL Alam Wachidiat tadi timbulah sinarnya menjadi cahaya empat perkara yaitu :

1.Naarun Cahaya Merah

2.Hawalun Cahaya Kuning

3.Maaun Cahaya Putih

4.Turobun Cahaya Hitam.

Jadi cahaya yang empat perkara yang disebut dengan Nur Muhammad, sedangkan Muhammadnya adalah Johar Awal, kalau Nur Muhammad, Cahaya empat perkara disebutnya Hakekat Adam, yaitu Asmanya Yang Maha Suci.

1. Cahaya MERAH menjadi hakekatnya Lapad ALIP

2. Cahaya KUNING menjadi hakekatnya Lapad LAM AWAL

3. Cahaya PUTIH menjadi hakekatnya Lapad LAM AKHIR

4. Cahaya HITAM menjadi hakekatnya Lapad HO

5. JOHAR AWAL menjadi hakekatnya Lapad TASJID

Sareatnya menjadi lapad ALLAH, jadi itu cahaya yang disebut atas, yang menjadikan bibit TUJUH LAPIS BUMI, TUJUH LAPIS LANGIT, beserta semua isinya, walaupun Agama juga masih berasal dari sana.

1. Adanya SYAHADAT yaitu dengan adanya JOHAR AWAL

2. Adanya SHOLAT yaitu dengan adanya Cahaya MERAH

3. Adanya JAKAT yaitu dengan adanya Cahaya KUNING

4. Adanya PUASA yaitu dengan adanya Cahaya PUTIH

5. Adanya HAJI yaitu dengan adanya Cahaya HITAM

PELAKSANAAN SHOLAT JUGA ADA 5 WAKTU

1. Waktu SUBUH bagian Nabi ADAM

2. Waktu LOHOR bagian Nabi NUH

3. Waktu ASHAR bagian Nabi IBROHIM

4. Waktu MAGRIB bagian Nabi MUSA

5. Waktu ISYA bagian Nabi ISA

TATA CARA PELAKSANAAN SHOLAT JUGA ADA 5 PERKARA

1. Berdiri

2. Takbirotul Ikhrom

3. Ruku

4. Sujud

5. Duduk

SHOHABAT JUGA ADA EMPAT KELIMANYA KANG JEUNG NABI

1. Shohabat Abu Bakar

2. Shohabat ‘Umar

3. Shohabat ‘Usman

4. Shohabat ‘Ali

5. Kang Jeng Nabi Rosululloh.

DI MEKKAH JUGA ADA EMPAT IMAM KELIMANYA BAETULLOH :

1. Imam Syafi’i

2. Imam Hanafi

3. Imam Hambali

4. Imam Maliki

5. Baetulloh

Jadi jelas semuanya juga berasal dari Asmanya Allah, Hakekatnya Adam yaitu Nur Muhammad, cahaya empat perkara, kelimanya Johar Awal.

LT. D : Yaitu ALAM ARWAH, martabat Af’alnya yang Maha Suci, yaitu Af”alnya Allah Ta’ala menjadikan alam dunia ini. Nah beginilah kalau menurut ilmu akal dibuatnya alam dunia ini.

Perumpamaannya kalau didalam gedung bioskop, yaitu tempat pemutaran film, Alam Wachdat yaitu Johar Awal bagaikan perumpamaan listriknya , kalau Nur Muhammad Alam wachdiat bagaikan kacanya ( lensanya ).

Naarun perumpamaan Kaca Merah

Hawaun perumpamaan Kaca Kuning

Ma’un perumpamaan Kaca Putih

Turobun perumpamaan Kaca Hitam

Ketika kaca-kaca tersebut disorot/disinari oleh Johar Awal maka timbulah bayangannya:

Dari kaca Merah menjadi Api Alam Dunia

Dari kaca Kuning menjadi Angin Alam Dunia

Dari kaca Putih menjadi Air alam Dunia

Dari kaca Hitam menjadi Bumi Alam Dunia

Begitu besar kekuasaannya Allah Ta’ala, sehingga jadilah alam dunia ini, yaitu yang disebut dengan Jagat Kabir, jadi setegasnya alam dunia ini kejadiannya dari pada Nur Muhammad.

LT. E : Yaitu ALAM AJSAM, martabatnya manusia, setelah terbentuknya alam dunia ini, Allah yang Maha Suci lalu melanjutkan lagi untuk menciptakan Adam Majaji, kemudian Allah memerintahkan kepada malaikat turun ke alam dunia, untuk mengambil sari-sari Api, Angin, Air dan Bumi. Setelah terkumpul sari-sari empat perkara itu, lalu diciptakanlah :

Sari Bumi menjadi Kulit dan Bulu Adam

Sari Api menjadi Darah dan Daging Adam

Sari Air Menjadi Urat dan Tulang Adam

Sari Angin menjadi Otot dan Sum-sum Adam

Dengan kekuasaannya Allah Ta’ala, maka jadilah Dalil Mim He Mim Dal, yaitu :

Cahaya Hitam menjadi hakekatnya lapad Mim Awal

Cahaya Putih menjadi hakekatnya lapad Ha

Cahaya Kuning menjadi hakekatnya lapad Mim Akhir

Cahaya Merah menjadi hakekatnya lapad Dal

Johar Awal menjadi hakekatnya lapad Tasjid

Sareatnya menjadi Lapad Muhammad, atau kebalikannya dari pada lapad Allah.

Mim Awal Lapad Muhammad tegasnya Kepala

He Lapad Muhammad tegasnya Dada

Mim Akhir Lapad Muhammad tegasnya Pusar ( Pusat )

Dal Lapad Muhammad tegasnya Kaki.

Namun masih belum dapat bergerak, terbaring saja bagaikan sebuah boneka, kemudian dilanjutkan dengan membuat empat lubang, yaitu diberi mata, telinga, hidung dan mulut. Kemudian lubang-lubang itu dimasuki sinarnya Nur Muhammad, barulah Adam atau Jagat Sagir bisa bergerak. Jadi jelas sekali bahwa hidupnya manusia sareatnya berkat adanya cahaya, begitu pula sebaliknya matinya manusia disebabkan tidak adanya cahaya. Kalau sudah tidak ada cahayanya si Jasad atau Jagat Sagir sudah tidak mempunyai kekuatan lagi, terbukti dengan cepat membusuknya.

Begitu pula dengan Jagat Kabir atau dunia ini, makanya bisa kuat sebab diliputi oleh sinarnya Nur Muhammad jadi tidak salah lagi, nanti pada saat hari kiamatnya Jagat Kabir atau kiamatnya alam dunia ini, seperti juga manusia ( Jagat Sagir ), tentu diambil kembali cahayanya, yaitu matahari, bulan dan bintang-bintang. Tentu saja alam dunia ini akan rusak, kalau begitu apanya yang akan tersisa ?

Dari Bumi tinggal gelapnya, Api tinggal panasnya, Air tinggal dinginnya, dan Angin tinggal hawanya ( suhunya ), dan jadilah semuanya itu menjadi Neraka, Siapakah yang akan mendiami Neraka itu ?

Tidak lain yang akan mendiaminya, kecuali Sang Idajil Laknatulloh bersama teman-temannya, yaitu setiap nyawa manusia yang tidak bisa kembali lagi kepada Allah Ta’ala, sebab ketika masih hidup di dunianya terkena oleh godaan setan, dikarenakan tidak beriman kepada Allah dan Rosululloh.

Karena sesungguhnya Sang Idajil itu tadinya berasal dari pada Malaikat-malaikat kekasih Allah Ta’ala. Sebabnya dibenci oleh Allah Ta’ala, karena sebelum adanya Adam, diperintah oleh Allah untuk mendiami alam dunia dengan syarat hanya boleh menempati selama seribu tahun saja dan akhirnya setelah seribu tahun sang Idajil membangkang tidak mau kembali lagi ingin selamanya di dunia. Nah mulai sejak itulah Sang Idajil dibenci oleh Allah Ta’ala, dan tidak diperbolehkan kembali ke Surga. Dan nantinya akan ditetapkan sebagai penghuni Neraka, setelah hari kiamatnya alam dunia ini. Saking durhakanya sang Idajil, dia malah menyanggupi saja, namun dengan suatu permohonan kepada Allah Ta’ala supaya diijinkan untuk menggoda kepada anak cucu Adam, untuk dijadikan sebagai temannya di Neraka kelak, Allah Ta’ala mengijinkan, namun dengan syarat hanya bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rosululloh.

Sekarang kita kembali lagi ke pasal adam yang sudah diterangkan di atas bahwa yang dicipta menjadi Adam Majaji adalah sari-sari Api, Angin, Air dan Bumi. Kalau saja yang membaca atau mendengarkan kitab ini, menyangka bahwa sari-sari Api, Angin, Air dan Bumi dikumpulkan menjadi satu lalu diperas seperti kita membuat Tepung Tapioka dari sari-sari Singkong, sesungguhnya bukanlah demikian, jadi yang disebut Api, Angin, Air dan Bumi itu adalah segala sesuatu yang tumbuh diatas tanah, misalnya tumbuh-tumbuhan yang besar ataupun yang kecil, karena jelas makanya bisa membesarnya tumbuh-tumbuhan tersebut disebabkan adanya empat perkara, pertama harus ada tanah ( Bumi ), kedua harus ada Angin, ketiga harus ada Air, dan ke empatnya harus ada Panas (Api ) barulah tanaman itu bisa tumbuh, dengan baik dan subur.

Dikarenakan tumbuh-tumbuhan tersebut lama diam di tanah ( Bumi ) lama terkena Angin, lama pula terkena Air dan juga lama terkena Panas ( Api ), maka sari-sari dari ke empat factor tersebut dihisap oleh tumbuhan, dan membesarlah tumbuhan tersebut serta berbuah, nah buah itulah merupakan wujud Adam.

Begitu pula kita semuanya berasal dari sana, hanya saja kalau Adam itu diciptakan langsung oleh Allah Ta’ala, maka setelah adanya Adam dan Siti Hawa atau ibu dan bapak kita, maka buah-buahan tersebut dimakan lebih dahulu, sehingga jadilah adanya Wadi Madi Mani dan Maningkem, begitu Wadi, Madi, Mani dan Maningkem contak ( disinari ) dengan Nur Muhammad, cahaya yang empat perkara maka jadilah akibatnya menjadi kental dan tumbuh menjadi bayi di dalam kandungan ibu, sedangkan kalau yang tidak jadi itu dikarenakan tidak dapat contak dengan sinarnya Nur Muhammad, tegasnya tidak dapat berjumpa dengan Nur ( Roch ) sebab Allah Ta’ala itu mempunyai sifat Wenang, wenang menjadikannya dan wenang pula tidak menjadikannya, sedangkan manusia itu tidak memiliki kekuasaan apa-apa, manusia hanya sekedar menjadi perantara untuk mengadakan tempat roch saja, yaitu segala sesuatu yang dimakan, karena apabila ibu bapak kita tidak memakan apa-apa, sudah tentu tidak akan mungkin ada air maninya.

Ketika bayi masih berada di dalam kandungan ibunya, bayi itu tidak mempunyai nyawa, baru ada hidupnya saja, yaitu yang disebut dengan Roch Suci, makanya tidak mempunyai rasa apa-apa, setelah lahir, keluar dari rahim ibunya, roch suci contak ( bertemu ) dengan hawa ( suhu ) alam dunia ini, yaitu hawanya dari pada Bumi, Api, Air dan Angin, kejadiannya bayi itu menjadi ada napasnya, atau sifatnya nyawa, Hakekatnya nyawa yaitu Rasa Jasmani.

Pada waktu itu mata yang terbuka masih belum bisa melihat, telinga belum bisa mendengar, hidung belum bisa mencium ( membaui ), mulut juga belum bisa bicara, baru ada suaranya saja, setelah diberi makanan, yaitu sari-sari makanan yang terdiri dari air susu ibu atau apa saja, yang berasal dari pada sari-sari yang empat perkara, yaitu sari-sari Bumi, Api, Air dan Angin dan setelah sari-sari yang empat perkara itu disaring lagi, barulah timbul menjadi darah empat perkara, yang disebut dengan Roh Jasmani. Selanjutnya darah empat perkara tersebut menyerap ke seluruh tubuh bayi.

Darah Hitam yang berasal dari Sari Bumi menyerap ke dalam kulit bayi, lalu melebarkan kulit bayi, udaranya keluar melalui mulut, reaksinya bisa bicara.

Darah Merah yang berasal dari Sari Api menyerap ke dalam daging bayi, udaranya keluar melalui telinga, reaksinya bisa mendengar.

Darah Putih yang berasal dari pada Sari Air menyerap ke dalam tulang lalu membesarkan dan menguatkan tulang bayi, udaranya keluar melalui mata, reaksinya bisa melihat.

Sedangkan Darah Kuning yang berasal dari pada sari Angin menyerap ke dalam sum-sum bayi, udaranya keluar melalui hidung, reaksinya bisa mencium.

Setelah bayi tersebut menjadi lebar kulitnya, besar dagingnya, besar dan kuat tulangnya serta banyak sum-sumnya, maka keluar lagi hawanya, yaitu nafsu empat perkara, Nafsu Amarah, Laomah, Sawiah dan Mutmainah, buktinya yaitu segala keinginan yang baik dan yang buruk.

Jadi jelas terbukti bahwa membesarnya jasmani, begitu pula tenaga, pikiran, akal serta pendengaran, pengucap, penciuman dan penglihatan tidak ada lain kecuali dengan pertolongan roch-roch Api, Angin, Air dan Bumi.

Sekarang timbul suatu pertanyaan apakah sebabnya mereka semuanya mau menolong seperti itu ?

Tidak lain, makanya mereka menolong seperti itu dan begitupun segala kejadian berasal dari empat factor tersebut, supaya perabot-perabotan tersebut harus digunakan atau dipakai untuk fasilitas beribadah kepada Allah dan Rosululloh, dan harus dipakai mencari jalan untuk mengetahui kepada asal, yaitu Allah Ta’ala, supaya nanti mereka terbawa sempurna, tegasnya ikut terbawa kembali kepada Allah Ta’ala, karena hanya manusialah yang ketetapan Agama, hanya manusia pula yang ketetapan Ilmu, yang akan dapat menyempurnakan semua roch, seisi alam dunia ini. Karena semuanya juga masuk ke dalam tubuh manusia, baik roch-roch Bumi, Api, Air dan Angin, yang memang sudah sehari-harinya, begitu pula roch-roch hewan baik yang halal ataupun yang haram, yang bersih maupun yang najis, tidak terkecuali, semuanya masuk saja ke dalam tubuh manusia.

Beginilah jalan-jalannya, misalnya jenis-jenis pepohonan kayu, memang benar sareatnya tidak dimakan oleh manusia, tetapi suka dipakai untuk menanak ( memasak ) nasi, yaitu sebagai kayu bakarnya, atau memasak apa saja sehingga rochnya masuk ke dalam nasi atau masakan, makanya bisa berbeda rasanya waktu masih berbentuk beras dengan sesudah menjadi nasi, begitu pula jenis-jenis hewan, baik yang haram ataupun yang najis, semuanya juga masuk saja, memang kalau hewannya tidak dimakan langsung oleh kita, tetapi kalau ada anjing atau babi mati di sungai tentu bangkainya akan dimakan oleh ikan, dan ikan itu dimakan oleh kita, sedangkan kalau binatang tadi mati di darat tentunya akan menjadi pupuk tumbuh-tumbuhan, misalnya pohon pisang, dan pisang itu sudah pasti akan masuk ke dalam perut manusia. Jadi jelas manusia itu adalah jembatan untuk menyebrang roch-roch seisi alam dunia untuk kembali lagi kepada Allah Ta’ala.

Oleh sebab itu nyata sekali bahwa Allah ta’ala itu Maha Suci, tetapi tidak akan menyiksa ataupun mengganjar ( memberi pahala ).

Setegasnya yang akan menyiksa adalah roch-roch dari segala macam yang sudah masuk ke dalam tubuh manusia, sebab tidak dibawa kembali kepada Allah, roch Api nantinya akan menjadi panasnya Neraka, roch Air nantinya akan menjadi dinginnya Neraka, roch Bumi akan menjadi gelapnya Neraka, begitu pula segala macam roch hewan akan mengantup, menusuk ataupun menggigit kepada nyawa manusia.

LT. F : Yaitu ALAM MISAL, martabat manusia yang di dunianya sudah Ma’rifat kepada asal wujudnya yaitu Segara Adam ( LT. C ) tadi, manusia tersebut ilmunya sudah sampai ke pangkat Misal artinya sudah mengetahui kepada asal dirinya, yaitu sifatnya Cahaya Merah, Kuning, Putih dan Hitam. Nanti pada waktu meninggal dunia akan masuk ke dalam surga, kekal di dalam kenikmatan yang tidak ada bandingannya dan kekal tidak ada putus-putsnya.

LT. G : Yaitu ALAM INSAN KAMIL, martabat kesempurnaan manusia, setiap-tiap manusia yang di dunianya sudah bisa Ma’rifat kepada sifatnya Allah Ta’ala yang disebut dengan Johar Awal, atau Alam wachdat ( LT. B ) jadi, ilmunya sudah sampai ke pangkat insan Kamil, artinya kembali sempurna nanti pada waktu meninggal dunia akan jatuh kepada pangkat Kamil Nukamil, artinya sempurnaning-sempurna, habis rasanya habis jasmaninya, menjadi Dat Laesa Kamislihi kembali seperti waktu tadi ketika kita belum turun ke alam

Bersambung ke Jilid II

ditulis oleh : RD Asep Martawijaya