let's share the light

Sudah Sah-Adat kah kita?

Picture
Wednesday, March 10, 2010 at 12:24pm

Klo blom musti gmana ? bukankah yang bisa manut kepada Rasulullah itu yang sudah bisa mengerjakan lakuning kemanusiaan, tapi mau make jalan mana? Allah tak ada kekurangannya, dan memiliki segala puji, tak ada yang bisa menandinginya, karenanya :

Jika sudah bisa Amal-amalan mesti terus dengan Amal-nya.
Jika sudah bisa Puji-pujiaan, mesti terus dengan Elmu panemu-nya,
Jika sudah bisa Ngaji, mesti terus dengan ngaji Diri-nya

Nasjid huruf serta laga-lagunya dalam tujuan syuhud iman kepada Allah SWT serta kumawulanya (menghamba), sebab Hirup katungkul ku pati paeh teu nyaho dimangsa (Hidup ditunggu ajal dan mati tidak kenal waktu).
Kenapa harus Sah dulu Adat kita ? sebab itu lah modal awal untuk memahami yang diatas tadi. Orang tua kita adalah yang menjadikan sebab mengasalkan adanya jasmani dan darah kita, begitupun wujud Yang Maha Suci. Kita sudah kesifatan oleh Rohman dan RohimNya, bukti :

Roh kita kesifatan oleh Qudrat terus punya - Kemampuan
Roh kita kesifatan oleh Iradat terus punya - Kehendak
Roh kita kesifatan oleh Ilmu terus punya - Pengetahuan
Roh kita kesifatan oleh Hayat terus bisa - Hidup
Roh kita kesifatan oleh Sama terus bisa - Mendengar
Roh kita kesifatan oleh Bashar terus bisa - Melihat
Roh kita kesifatan oleh Kalam terus bisa - Berkata

Apakah hanya satu bangsa saja yang memiliki Jas-mani dan Roh-ani yang kesifatan oleh Rohman dan RohimNyaAllah itu ? Tidak, singkatnya semua keadaan dan yang menjamani, kejadian (adanya) itu memakai lantaran dari leluhurnya, sebab : Mustahil kita jadi manusia, jika leluhur kita bukan manusia. Mustahil jadi pohon pisang jika asalnya bukan pohon pisang.

Hanya disini, Kuasa, Kehendak, Ilmu, Hidup, Dengar, Lihat dan Ucap-nya itu asal kesifatan oleh Allah SWT. Untuk apa gunanya 7 (tujuh) sifat itu ? Gunanya agar semua mahluk yang sudah merasa memiliki (dipinjami alat 7 itu) dengan adanya Jasmani dari leluhur kita dan dengan ROH-mani -ROH-him (welas-asih) Allah SWT, harus mau menetapkan jadi mahluk, menepati pada adegan serta nama yang sudah di akui oleh kita, seperti : disebut pohon pisang karena pohonnya, daunnya, buahnya dan segalanya harus tetap Pisang. Disebut manusia, ya begitu juga, harus menetapkan diri pada ‘namaning manusia’, Kerjakan pekerjaan sejatinya manusia (yang tulen-tulennya nama manusia)". Umpama begini ada kata : "Alwinz minum"

Sa'adat-nya, yang di-minum pasti Minuman
Sah'adat-nya, minumnya harus di ke Mulutkan
Saha-dat-nya, yang minumnya ? Alwinz

Agama sebagai pegangan manusia semestinya begitu "Sah-Adat-ing Manusia". Begitu pula untuk "Bertuhan kepada Wujud Yang Maha Suci serta manut kepada Rasa Yang Maha Suci" harus menepati Ucap (syahadat) yang sudah diucapkannya, sebab omongan hanyalah cerita dari orang lain, waktu sedang bertanya (mencari tahu). Sekarang tinggal diimplementasikan. Syariatnya asal kita dari orang tua, hakikatnya dari Allah SWT. Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayan, Samian, Bashiran dan Kalam, sarana itulah yang harus segera dikerjakan agar mewujud serta menepati ucapannya (syahadat) , bukankah ingin Se-DZAT-i (Sejati) ? kenapa ga dikerjakan ?.

Salam
Alwinz